Masyarakat Arborikultur Indonesia (MArI) bersama World Resources Institute (WRI) Indonesia melalui inisiatif Cities4Forests telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan Diseminasi Panduan Pelaksanaan Inventarisasi Pohon Perkotaan yang dilaksanakan secara daring pada Kamis, 24 April 2025, pukul 09.00–12.00 WIB melalui kanal YouTube WRI Indonesia. Acara ini menghadirkan kolaborasi berbagai pihak dari pemerintah, lembaga lingkungan, hingga komunitas, dalam rangka mendorong pengelolaan pohon perkotaan yang lebih terstruktur dan berkelanjutan. Acara dibuka oleh Nirarta Samadhi selaku Country Director WRI Indonesia yang menekankan peran vital pohon di perkotaan dalam menyerap karbon, menurunkan suhu udara, mengurangi polusi, serta memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat.

Paparan utama dalam acara ini disampaikan oleh Ahmad Sahab, Urban Forestry Research Specialist, dan Retno Wihanesta, Senior Program Lead for Urban Transport Planning dari WRI Indonesia. Keduanya menjelaskan pentingnya panduan ini dalam mendukung kegiatan inventarisasi pohon secara efektif dan sistematis, termasuk teknik pengumpulan data, pelibatan masyarakat, serta pemanfaatan teknologi untuk analisis dan pemantauan pohon di kota-kota. Panduan lengkap dapat diakses oleh publik melalui tautan bit.ly/inventarisasi-pohon-perkotaan.
Dalam sesi tanggapan, Prof. Iskandar Zulkarnaen, Ketua Masyarakat Arborikultur Indonesia (MArI), memberikan penjelasan komprehensif tentang pentingnya pendekatan arborikultur dalam pengelolaan pohon. Ia menjelaskan bahwa arborikultur merupakan ilmu yang berfokus pada individu pohon dan sangat penting dalam mencegah dampak serius akibat tumbangnya pohon di ruang publik. Prof. Iskandar juga menyampaikan bahwa saat ini MArI sedang menyusun standar pemeriksaan pohon bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan, serta mendorong penggunaan metode visual hingga teknologi seperti ground penetrating radar dan tree tomography yang memungkinkan deteksi kondisi akar dan batang pohon secara non-invasif. Selanjutnya, Rully Dhora Carolyn dari Kementerian Lingkungan Hidup menyoroti relevansi data pohon perkotaan sebagai bagian dari inventarisasi gas rumah kaca nasional, dan memaparkan materi terkait metodologi dalam implementasi nilai ekonomi karbon (NEK) sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (FOLU). Dalam Peraturan Menteri LHK Nomor 7 Tahun 2023 disebutkan bahwa pembangunan ruang terbuka hijau merupakan bagian dari mitigasi perubahan iklim, sehingga panduan teknis berbasis ilmiah sangat dibutuhkan dalam pengembangan metode pengurangan emisi gas rumah kaca.



Sebagai pelengkap, sesi berbagi pengalaman dari daerah turut memperkaya diskusi. Wiwiek Dwiningsih dari Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta memaparkan praktik inventarisasi pohon di Jakarta, sementara Muhammad Awal dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru menceritakan pengalaman dan tantangan dalam pelaksanaan kegiatan serupa di daerahnya. Kedua narasumber menekankan pentingnya penguatan kapasitas dan koordinasi lintas sektor dalam mendukung pengelolaan pohon yang berkelanjutan.
Dengan terselenggaranya acara ini, Masyarakat Arborikultur Indonesia (MArI) menegaskan komitmennya dalam mendukung pengelolaan ruang hijau kota berbasis ilmu dan teknologi. MArI percaya bahwa sinergi antara pemangku kepentingan, pemerintah, akademisi, dan masyarakat merupakan kunci utama untuk menjaga keselamatan, keberlanjutan, dan keindahan pohon-pohon yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kota. MArI percaya bahwa pengelolaan pohon perkotaan yang terarah akan memberikan manfaat ekologi, ekonomi, dan sosial yang berkelanjutan, sekaligus menjawab tantangan iklim yang semakin nyata di lingkungan perkotaan Indonesia.